Apakah nama merk motor yang di produksi oleh PT Triangle Motorindo

Marketing 4 Dummies

Nice Information for new marketer

saya ingin berkunjung kerumah orang tua saya, menjenguk rutin Ayah saya (almarhum) yang terbaring lemah karena stroke selama 2 tahun, sebelumnya saya singgah ke ATM, istri saya menarik uang tunai dari ATM dan tanpa memeriksanya kembali langsung memasukannya kedalam dompet, melalui jalan bebas hambatan (tol) saya menuju rumah orang tua saya dan setibanya membayar tol, istri saya menyerahkan kepada saya selembar uang Rp 50 ribu yang diambil dari ATM sebelumnya dan saya langsung serahkan kepada petugas tol, petugas tol mengatakan kepada saya "uangnya palsu pak, coba bapak periksa kembali uang ini" dan ternyata dalam tumpukan uang yang diambil dari ATM terdapat 1 lembar lagi Rp 50 ribu yang palsu, istri saya mengatakan kepada saya dengan agak emosi "sebaiknya kita komplain ke pihak bank", saya jawab, "tidak usah, "ngga" penting, bakar saja 2 uang palsu itu, harga yang harus kamu bayar untuk bisa menang atas komplain kamu ke bank lebih besar dari Rp 100 ribu,
yang lebih penting faktor psikologis kamu harus dijaga jangan sampai lelah mengurusi hal-hal yang melelahkan, sebaiknya kita lebih berhati-hati dan teliti atau mungkin saja kita ditegur agar lebih banyak lagi bersedekah".
karena bukan hanya masalah uang palsu tetapi juga masalah lainnya, seperti menarik uang dari ATM terkadang tidak sesuai antara angka di ATM dengan jumlah uang yang keluar dari ATM serta beberapa masalah lainnya, maka kami sepakat 'No Comment, No Complain' kepada pihak Bank, tetapi sebagai gantinya kami melakukan 'action' dengan cara memindahkan seluruh tabungan kami ke Bank lain yang kami pikir lebih 'manusiawi' dan (mantan) bank dimana saya pernah sebagai nasabahnya telah dilikuidasi (saya lebih suka menyebutnya gulung tikar atau bongkar lapak), istri saya mengomentari "ya wajarlah, nasabah kok dianggap hanya object bisnis belaka, coba mas perhatikan dari hal-hal kecil, mulai dari satpam, customer service, kasir hingga kepala cabangnya.. huhhh" dan sejak itu kami berdua sepakat bahwa kami tidak akan pernah menjadi pelanggan setia tetapi kami akan selalu berusaha menjadi pelanggan yang cerdas dan melakukan tindakan, sebagai contoh, mengenai Carrefour,
sejak carrefour berdiri di lebak bulus Jakarta yang oleh banyak pihak diprotes, ditambah pula berita-berita miring saat carrefour mengakuisisi alfa mart dan terlebih lagi saat saya membeli sebuah barang lokal dengan harga 'un-lokal', saya dan istri sudah tidak pernah lagi berbelanja di carrefour hingga saat ini

saya membeli peralatan eletronik di sebuah toko dengan gerainya yang luas dan baru beberapa minggu 'launching', dimulai dari tatapan mata penjaga konter yang selalu mengawasi setiap gerak-gerik saya, hingga saat membayar dikasir, sungguh hebat, saya perkirakan lebih dari 4 mesin pembaca kartu kredit (card reader) yang ditumpuk dimeja 1 orang kasir yang seolah-olah dipamerkan kepada customer, saat saya menyerahkan kartu kredit, dikatakan "semua mesin ini rusak dan harus membayar tunai", saya bermaksud pergi ke ATM untuk mengambil uang tunai dan sewaktu melewati pintu keluar, seorang satpam wanita agak gemuk dan bersandal jepit menegur saya dengan sinis didepan orang banyak "kalo ngga punya uang jangan sok beli-beli pak", saya menghela nafas, terdiam dan berfikir menghibur diri "mungkin dia karyawan baru yang belum ditraining 'kejiwaan' jadi tidak tahu bagaimana caranya bersopan-santun terhadap customer bahkan dia tidak bisa membedakan antara sepatu dengan
sandal dan saya sebagai pembeli harus lebih 'prepare' jika ingin membeli sesuatu", 20 menit kemudian saya kembali membawa uang tunai untuk membayar barang elektronik yang akan saya beli, entah sampai kapan usaha eletronik tersebut bisa bertahan, saya dengar dari beberapa teman dan beberapa orang yang saya kenal mengatakan "malas beli elektronik disana...rese, makanya sepi terus tuh toko..." dan secara tidak sengaja sewaktu bersama istri dan anak saya makan siang di 'pujasera' yang terletak tidak jauh dari toko tersebut, duduk disebelah meja kami salah seorang karyawan dari toko tersebut yang dilihat dari penampilannya layaknya seorang supervisor, dia duduk bersama seorang temannya, terdengar jelas karyawan toko tersebut mengatakan kepada temannya "... tapi gue belum gajian, sudah hampir 2 minggu gaji belum keluar juga, SPG sama SPB saja belum digaji, apalagi gue, mau bangkrut kali nih perusahaan.. ."

disebuah Apotik saya membeli perban khusus penutup luka operasi cesar untuk istri, sungguh terkejut saat petugas apotik memberikan perban kepada saya dengan menggunakan tangan kiri dan meletakannya dengan agak kasar diatas etalase kaca,"24 ribu" katanya sambil berlalu mendekati temannya dan berbincang-bincang dengan temannya, saya ditinggal 'sendirian', "ini mas uangnnya" kata saya berusaha se-sopan mungkin, petugas tersebut mengembalikan uang kembalian kepada saya dengan tangan kiri, meletakannya diatas etalse kaca dan dengan sikap yang membuang muka dihadapan saya, kemudian langsung pergi menghampiri ketemannya lagi, yang saya rasakan saat itu seolah-olah kehadiran saya untuk membeli perban sangat mengganggu dia, perlahan tapi pasti, mulai dari apotik kemudian berubah menjadi usaha bimbingan belajar dan pada akhirnya sekarang menjadi gedung kosong yang kusam dan hari ini dari beberapa tahun yang lalu masih terpampang ditembok gedung "Di Jual"

saat saya membeli perlengkapan komputer, entah apa masalahnya.. . seorang pedagang VS seorang pembeli
pedagang : "situ ngga beli juga ngga apa-apa, masih banyak pembeli lain"
pembeli : "memangnya situ saja yang jualan, pedagang lain juga banyak, barangnya lebih bagus dan harganya juga lebih murah, pelayanannya lebih baik, lagipula saya ngga butuh-butuh amat kok beli barang dagangan situ, lagian juga saya yang pegang uangnya, saya ngga beli barang dagangan situ bisa beli emas, situ bisa beli apa dengan barang dagangan situ"
'Kho afian' yang duduk didepan saya berbisik ke saya, "susah dagang kaya gitu, saya sih lebih baik pegang uang daripada pegang barang"

dikawasan Kebayoran Baru Jakarta ada sebuah warung rokok kecil dimana setiap kali saya melintasinya saya selalu berhenti untuk singgah dan selalu berteriak dari dalam kendaraan kepada pemilik warung rokok "leh, rokok sama lemon tea dingin, satu" dan pemilik warung yang selalu 'friendly' melayani permintaan saya, sembari saya meminum lemon tea dingin, sipemilik warung menyapa saya dengan candanya "apa khabar bos... jalan bos...", "biasa jalan, muter-2 aja, namanya juga orang bingung" jawab saya, "asyik nih jalan terus, uangnya sekarung" kata si pemilik warung, saya pun tertawa mendengarnya dan saat ini 'soleh' pemilik warung tersebut sudah pindah kekawasan Cibinong - Bogor untuk mengurusi usaha rumah makannya yang lumayan besar, "cuma warteg" katanya, plus menempati rumah pribadinya plus kendaraan pribadinya "biar 'kalo' pulang kampung ngga naik bis lagi" alasan soleh, "memang harus begitu leh, imbalan bagi kamu yang selama lebih dari 10 tahun 'friendly'
terhadap kita semua sebagai pembelinya, terlebih lagi bagi istri dan anak mu yang dengan setia dan tanpa mengeluh setiap malam harus tidur didalam gerobak warung rokok" dalam hati saya terharu - walaupun saat ini sudah tidak bisa lagi berteriak dari dalam kendaraan "leh, rokok sebungkus, bayarnya nyicil 10 tahun", "beres, pokoknya tetap 'tak catat" dan kamipun tertawa bersama

disekitar lokasi saya tinggal ada penjual es kelapa yang menempati sebuah lahan kebun yang teduh, rata-rata pembeli disana mengatakan "es kelapanya enak, mie ayam dan pangsitnya enak, tempatnya enak, Bang Ijan baik dan tidak pernah lelah 'familiar' melayani pembeli, apalagi lagi anaknya Bang Ijan selain membantu Bapaknya, dia juga mengatur dan mengawasi kendaraan yang parkir tanpa dikenakan uang parkir, jadinya kitapun enak juga berlama-lama disini", istrinya bang ijan turut menjual asinan betawi, suatu saat seorang ibu yang sedang menikmati asinan betawi dengan suara agak keras mengatakan kepada istrinya bang ijan "Mpok.. bumbunya kacangnya kurang 'medok' nih, sambelnya juga kurang pedes", dengan keceriaannya yang 'renyah', alami dan dengan logat 'jabodetabek' -nya, si mpok menanggapi "lah entar anak-2 pada ngga demen, kepedesan, tapi kalo ibu mau yang medok, pedes mah... entar saya bikinin, biar rasanya lebih 'nyeresep' buat ibu, gituuu" dan asinan-nya
si mpok laris manis bahkan sering pula dipesan untuk acara resepsi dirumah-rumah, bang ijan dan si mpok sudah melaksanakan Ibadah Haji, anak-anaknya tidak pernah putus sekolah dengan anak pertama sudah kuliah D3 Polytehnik "abis mau jadi tukang insiyur kaya si 'Doel', uangnya kadang-kadang, kadang-kadang ada, kadang-kadang ngga" kata si mpok dengan keceriaannya yang tetap 'renyah' dan tetap rutin berboncengan sepeda ontel dengan bang ijan untuk pergi ke pasar walaupun anak pertamanya menawarkan "Mak, mau dianter ngga pake motor kepasar, biar cepet", saya timpali "mana mauuu, biar kaya rano karno ama jessy gusman, ohh galih ohh ratna... cintaaa mu abadiii", bang ijan jadi 'sal-ting' "kerja lo, ngantor sono, jangan liatin komputer mulu..." balas bang ijan kepada saya, anaknya bang ijan bingung "galih ama ratna siapa yaaa"

pernah terfikirkan oleh saya, kenapa para 'clubers' betah berlama-lama didalam satu ruangan yang bising dengan suara musik yang menghentak-hentak dan menghabiskan uangnya ratusan ribu bahkan bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta dalam 1 malam hanya untuk membeli minumannya berkali-kali, jawabanya mudah, karena mereka merasa 'cozy' berada disana

om saya (adik dari almarhum ayah saya), mengawali karirnya sebagai salesman di Jakarta, dimutasi ke kota Padang untuk menjadi supervisor, dimutasi ke kota Jogyakarta sebagai Manager, dimutasi ke kota Surabaya sebagai kepala cabang dan ketika perusahaan tempatnya bekerja merger dengan PMA dari Jepang, om saya ditempatkan di Jakarta sebagai Direktur Business Development hingga saat ini, semasa awal merintis karir, om saya tanpa malu dengan 'kesarjanaannya' selalu mengemudikan sendiri kendaraan 'bak terbuka' milik perusahaan yang digunakan untuk mengangkut 'barang dagangan' yang akan ditawarkan ketoko-toko ataupun perusahaan dan kini kendaraannya sudah berubah menjadi kendaraan pribadi 'impian dan kebanggaan' plus supir pribadi plus Condominium di Singapore plus rumah di Perth - Ausie plus investasinya dibeberapa perusahaan tbk, yang saya ingat, om saya pernah mengatakan kepada saya "Pembeli adalah raja, tetapi bukan raja yang harus kita bersimpuh
dihadapannya melainkan raja yang harus kita perlakukan agar dia merasa dihargai dan merasakan persahabatan yang dalam dengan kita"

EQ

Sesuatu hal yang luar biasa bermula dari hal-hal sederhana yang pada akhirnya menjadi 'jangkar' dalam kehidupan.

comment 0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2010 . is proudly powered by Blogger